Tuesday, September 01, 2009

Meraih Sukses Selama Romadhon


Meraih Sukses Selama Ramadhan

unduk | Ibadah, Taqwa | Tuesday, August 25th, 2009
ramadhan-karim

ramadhan-karim

Ramadhan adalah bulan agung, penuh berkah dan kemuliaan. Di dalamnya, secara khusus Allah SWT mewajibkan orang Mukmin berpuasa agar menjadi orang yang bertakwa.

Kegembiraan seorang Mukmin dalam mengarungi Ramadhan dilandasi oleh hasrat untuk meraih segala keagungan, kemuliaan dan keberkahannya; juga dilandasi oleh kerinduan untuk memproses diri menjadi orang yang bertakwa demi meraih surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan yang memang telah disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa.

Rasul menyatakan bahwa orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan: “Orang yang berpuasa berhak mendapatkan dua kegembiraan: jika berbuka, ia bergembira. Jika bertemu Rabb-nya, ia juga bergembira karena puasanya” (HR al-Bukhari, Muslim, Ibn Majah, an-Nasa’i dan Ahmad).

Kegembiraan di bulan Ramadhan hakikatnya adalah gembira karena bisa berpuasa. Dengan puasa itu orang Mukmin berpeluang mendapatkan keutamaan yang terkandung di dalamnya dan pahala yang sangat besar dari amalan puasa itu sendiri.

Rasulullah saw bersabda: Setiap amal anak Adam dilipatgandakan; satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa sampai tujuh ratus kali Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang membalasnya…” (HR Muslim, an-Nasai, ad-Darimi dan al-Baihaqi).

(lanjut …)

Panduan Singkat Berpuasa Ramadhan

unduk | Ibadah, Syariat | Sunday, August 23rd, 2009
ramadhan mubarak

ramadhan mubarak

Puasa merupakan ibadah yang dilaksanakan dengan jalan meninggalkan segala yang menyebabkan batalnya puasa sejak terbit fajar kedua (shadiq) hingga terbenam matahari.

Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang agung, sebagaimana sabda Nabi “Islam itu didirikan di’ atas lima hal; Bersaksi tiada sesembahan yang hak melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah “. (Muttafaq ‘alaih)

Hukum dan Golongan Manusia Dalam Berpuasa

  • Puasa diwajibkan kepada setiap muslim, baligh, mampu dan bukan dalam keadaan safar (bepergian).
  • Orang kafir tidak diwajibkan berpuasa dan jika ia masuk Islam tidak diwajibkan mengqadha’ (mengganti) puasa yang ditinggalkannya selama ia belum masuk Islam.
  • Anak kecil di bawah usia baligh tidak diwajibkan berpuasa, tetapi dianjurkan untuk dibiasakan berpuasa.
  • Orang gila tidak wajib berpuasa dan tidak dituntut untuk mengganti puasa dengan memberi makan, walaupun sudah baligh. Begitu pula orang yang kurang akalnya dan orang pikun.
  • Orang yang sudah tidak mampu untuk berpuasa disebabkan penyakit, usia lanjut, sebagai pengganti puasa ia harus memberi makan setiap hari satu orang miskin (membayar fidyah).
  • Bagi seseorang yang sakit dan penyakitnya masih ada kemungkinan untuk dapat disembuhkan, jika ia merasa berat untuk menjalankan puasa, maka dibolehkan baginya tidak berpuasa, tetapi haras mengqadha’nya setelah sembuh.
  • Wanita yang sedang hamil atau sedang menyusui jika dengan puasa ia merasa khawatir terhadap kesehatan dirinya dan anaknya, maka dibolehkan tidak berpuasa dan kemudian mengqadha’nya di hari yang lain.
  • Wanita yang sedang haidh atau nifas, tidak boleh berpuasa dan harus mengqadha’nya pada hari yang lain.
  • Orang yang terpaksa berbuka puasa karena hendak menyelamatkan orang yang hampir tenggelam atau terbakar, maka ia mengqadha’ puasa yang ditinggalkan itu pada hari yang lain.
  • Bagi musafir boleh memilih antara berpuasa dan tidak berpuasa. Jika memilih tidak berpuasa, maka ia harus mengqadha’nya di hari yang lain. Hal ini berlaku bagi musafir sementara, seperti bepergian untuk melaksanakan umrah, atau musafir tetap, seperti sopir truk dan bus (luar kota), maka bagi mereka boleh tidak berpuasa selama mereka tinggal di daerah (negeri) orang lain dan harus mengqadha’nya.

(lanjut …)

Kiat-kiat Menghidupkan Bulan Ramadhan

unduk | Ibadah, Taqwa | Thursday, August 20th, 2009
ramadhan bersama adik

ramadhan bersama adik

Allah telah mengistimewakan bulan Ramadhan dari bulan-bulan lainnya dengan berbagai keutamaan. Maka sepatutnya kita menyambutnya dengan taubat nasuha dan tekad-meraih kebaikan sebanyak-banyaknya di bulan suci ini. Berikut Kiat-kiatnya:

1. Berpuasa dengan benar.

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa berpuasa karena keimanan dan semata-mata mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu“. (HR. Bukhari dan Muslim).

Menjauhi kemaksiatan, perkataan dan perbuatan sia-sia. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak menahan diri dari ucapan dusta dan perbuatan buruk maka sedikitpun Allah tidak sudi menerima puasanya meskipun ia menahan diri dari makan dan minum“. (HR. Bukhari).

Berniat puasa pada malamnya, mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka dengan membaca doa berbuka.

2. Shalat Tarawih.

Nabi bersabda, “Barangsiapa menunaikan qiyamullail pada bulan Ramadhan, karena keimanan dan mengharapkan pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Siapa saja yang shalat Tarawih bersama imam hingga selesai, akan ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk“. (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah).

3. Bershadaqah.

Rasulullah SAW adalah orang yang sangat dermawan. Kebaikan dan kedermawanan beliau pada bulan ini melebihi angin yang berhembus. Rasulullah SAW bersabda, “Seutama-utama shadaqah adalah shadaqah di bulan Ramadhan“. (HR. at-Tirmidzi).

(lanjut …)

Mengukur Kebajikan

unduk | Akhlaq, An-Natijah, Ibadah, Taqwa, Tauhid | Thursday, July 2nd, 2009
penggaris

penggaris

Di dalam Al Qur’an (surat Al Baqarah ayat 177) ada ungkapan al Birr, artinya kebajikan. Lafal ayatnya adalah: Laisal birra an tuallu wujuuhakum qibalai masyrikqi wal maghrib (Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan).

Ayat ini turun sehubungan dengan sikap penduduk muslim di Madinah pada waktu itu. Mereka merasa sebagai orang-orang baik, sedangkan yang lain (non muslim) sebagai orang-orang yang tidak baik (sesat). Untuk menyadarkan penduduk Madinah yang telah bersikap salah itu, turunlah ayat ini.

Pengertian dan Sikap Keliru

Khalifah Umar ibnu al Khaththab pernah mengatakan: “Tidaklah dapat mengukur keimanan dan keislaman seseorang karena ia telah melaksanakan shalat, tidak juga karena ia telah berpuasa, tidak juga karena telah membayar zakat hartanya, dan tidak juga karena ia telah menunaikan ibadah haji. Akan tetapi keimanan dan keislaman seseorang harus terlihat pada kehidupannya sehari-hari “.

Adalah pernyataan dan sikap keliru jika seseorang yang telah melaksanakan shalat lalu dikatakan sebagai orang baik. Betapa banyak orang yang telah menjalankan ibadah shalat, baik shalat lima waktu (shalat fardhu) maupun shalat-shalat sunat akan tetapi (ternyata) ia masih suka berbohong, mengucapkan kata-kata kotor, suka menggosip, benci kepada seseorang, mau mengambil sesuatu yang bukan miliknya (bukan hanya itu), bahkan ia juga terlibat kasus korupsi dan lain-lain.

(lanjut …)

Menyegerakan Bersedekah

unduk | Ibadah, Sosial, ekonomi | Tuesday, May 19th, 2009
sedekah pake dolar

sedekah pake dolar

Jika mati seorang anak Adam maka putuslah segala amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang saleh yang mendoakannya“. (HR Muslim)

Dari hadis di atas, banyak hikmah yang bisa dipetik tentang bekal untuk mati dan agar pahala kita terus mengalir meskipun telah meninggal dunia. Satu di antaranya adalah sedekah atau amal jariyah dalam arti luas.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya pahala orang Mukmin yang menyusul amalnya setelah dia meninggal dunia adalah ilmu yang dia ajarkan dan sebarkan, anak-anak saleh yang dia tinggalkan, atau mushaf (Al-Quran) yang dia wariskan, atau masjid yang dia bangun, atau rumah yang dia bangun untuk para ibnu sabil, atau selokan yang dia alirkan untuk kepentingan umum, atau sedekah yang dia keluarkan dari hartanya pada waktu sehat dalam hidupnya, akan menyusul amalnya sesudah matinya“. (HR Ibnu Majah)

Merujuk pesan Rasul tersebut, banyak hal yang bisa disedekahkan, seperti, mewariskan mushaf Al-Quran, membangun masjid, membangun rumah yatim piatu/tempat singgah untuk ibnu sabil, membangun fasilitas umum yang diperlukan, dan sedekah berupa harta yang dikeluarkan pada waktu sehat.

Di sini ada yang sangat perlu kita garis bawahi, yakni pentingnya mengeluarkan sedekah pada waktu sehat. Banyak orang yang berniat sedekah, tapi menunda hingga umur beranjak tua. Ada juga yang berniat sedekah, namun jika sudah mendekati ajalnya. Bahkan, ada yang berniat sedekah kalau dia sudah mati.

(lanjut …)

Orientasi Ibadah

unduk | Akhlaq, Ibadah, Taqwa | Tuesday, May 12th, 2009
orientasi

orientasi

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa tujuan diutusnya Rasulullah SAW kepada manusia hanyalah untuk memperbaiki akhlak. Demi tujuan inilah, Rasulullah SAW memperjuangkan Islam dengan berseru kepada manusia untuk berbuat yang baik (ma’ruf) dan melarang perbuatan keji (mungkar).

Shalat, zakat, puasa, dan haji hanyalah ritual ibadah wajib, namun sesungguhnya merupakan sarana menuju perbaikan akhlak sesuai misi Rasulullah SAW di atas. Maka, sungguh naif seorang Muslim yang sudah melaksanakan ibadah, tapi perilakunya masih jauh dari nilai-nilai islami.

Berbohong menjadi kebiasaannya. Bahkan, korupsi masih dianggap hal yang sepele. Keislamannya terlihat di dalam masjid. Di luar masjid, setelah melaksanakan shalat, nilai-nilai Islam itu mulai di tinggalkan.

Di sinilah masalahnya. Jika seorang Muslim tidak mempunyai orientasi yang jelas dari semua ibadah yang dilakukan, ia tidak akan pemah merasakan manisnya ibadah itu sendiri. Ia masih menganggap ibadah sebagai formalitas ritual semata. Kalau dikerjakan mendapat pahala dan kalau ditinggalkan, ia mendapat dosa.

Allah SWT berfirman, “Hai, orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).

(lanjut …)

Berbuah Taqwa

unduk | Akhlaq, An-Natijah, Ibadah, Taqwa | Tuesday, May 5th, 2009
berbuah lebat

berbuah lebat

Taqwa adalah predikat orang beriman yg paling tinggi. Kearah inilah seluruh peribadatan ditujukan. Allah SWT sangat mencintai dan memuliakan orang-orang yang bertaqwa, dan akan menghadiahi mereka dengan balasan syurga di akhirat kelak.

Firman Allah SWT : “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam surga yang penuh kenikmatan ” (QS. Ath Thuur: 17).

Karena begitu mulia dan tingginya kedudukan taqwa ini, maka untuk mencapainya diperlukan kerja keras serta usaha yang sungguh-sungguh dan terus menerus sepanjang hayat.

Untuk menggapai status taqwa ini, Allah SWT telah menunjukkan jalan atau tuntunan dengan melaksanakan ibadah mahdhah, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lainnya, yaitu ibadah langsung dengan Allah SWT (hablun minallah), yaitu bertujuan untuk melatih atau mendidik yang bersih dan ikhlas, maka akhlak seseorang akan baik dan akan membuahkan amal-amal yang baik pula. Sebagaimana yang disabdakan Nabi SAW:

Ketahuilah bahwasanya dalam jasad (manusia) ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka akan baiklah semua jasad manusia. Akan tetapi apabila segumpal daging itu rusak, maka akan rusaklah seluruh jasad manusia. Ketahuilah (oleh kalian), bahwa segumpal daging itu adalah qalbu ” (HR Muslim).

(lanjut …)

Usaha dan Doa

unduk | Ibadah, Mimbar Jum'at, Taqwa, Tauhid | Sunday, April 19th, 2009
berdoa di tempat kerja

berdoa di tempat kerja

Di dalam kehidupan umat, doa adalah tumpuan hidup sehari-hari, maka tidak sedikit yang menjadikan doa itu sebagai gantungan dalam hidupnya. Hal ini dapat kita lihat dan kita rasakan di saat seseorang atau sekelompok orang akan memulai suatu usaha atau pekerjaan, hati mereka secara spontanitas langsung berbisik, semoga Tuhan memberikan kemudahan serta keberhasilan sebagaimana yang mereka harapkan.

Ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh dan peranan do’a dalam kehidupan manusia di dunia ini. Hal ini diakui oleh Rasulullah dalam sabdanya, “Doa itu adalah mukhul (penggerak) ibadah (kegiatan hidup setiap manusia)“.

Berdasarkan petunjuk di atas, maka doa dapat kita simpulkan ke dalam dua kerangka, Pertama, mengikuti sunnah Allah dan Rasul-Nya, sedangkan kerangka kedua adalah doa itu suatu cita-cita hidup bagi yang berdoa.

Dalam upaya pembentukan pribadi yang kokoh dan kuat dalam menghadapi berbagai peristiwa yang sulit, dan rintangan-rintangan yang sukar diatasi, maka doa dan iman merupakan benteng yang kokoh dan kuat untuk mengatasinya.

Dengan demikian pribadi seseorang tidak mudah menjadi ambruk, akan tetapi dapat bergerak secara sadar dan tetap berpijak pada kaidah-kaidah kebenaran dan nilai-nilai moral. Demikian janji Allah kepada orang-orang yang selalu mengkikuti petunjuk-petunjuk-Nya dan bersabar (QS. Al-Maidah [5]: 69, QS. Ali Imran [3]: 120, QS. Al-Ahqaf [46]: 13).

(lanjut …)

Di Dalam Ridha-Nya

unduk | An-Natijah, Ibadah | Thursday, March 26th, 2009
mencari ridho-Nya

mencari ridho-Nya

Manusia sebagai makhluk yang paling baik dan termulia di muka bumi ini menjadi wakil Allah SWT untuk mengelola dan memelihara serta memanfaatkan isi alam ini untuk kemaslahatan umat manusia. Hal ini harus terjaga sesuai koridor yang berdasarkan petunjuk Al Qur’an dan As Sunnah, karena kedua hal itulah yang menjadi sumber hukum Islam, yang dapat membahagiakan umat manusia dalam hidup dan kehidupannya.

Dengan kata lain, jika kita tidak berpedoman kepada wahyu Allah SWT dan hadits Nabi SAW maka kita akan sesat selamanya. Jika manusia berada dalam kesesatan maka akan merugi dan celaka. Oleh karena itu ia harus memiliki modal hidup supaya bahagia di dunia begitupun diakhirat kelak.

Modal hidup yang akan dapat mencapai kebahagiaan itu antara lain :

Bersyukur Jangan Kufur

Manusia wajib bersyukur atas nikmat yang diperoleh dari Yang Maha Pemberi, namun jika manusia diberi nikmat, bersyukur atau kufur ? Inilah yang difirmankan Allah SWT:

….Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhan Maha Kaya lagi Maha Mulia” (QS.An Naml: 40).

(lanjut …)

Dzulkarnain

admin | Al-Huda, Ibadah, Kisah, Taqwa | Monday, December 22nd, 2008

Alexander - the moviePertanyaan :

Di internet saya baca suatu pembahasan tentang Dzulkarnain yang isinya meragukan kebenaran apa yang dikisahkan di dalam Al Qur’an tentang seorang raja yang berkuasa di barat dan di timur, dengan suatu kerajaan yang luas sekali, tapi memerintah dengan adil dan sangat taat kepada Allah SWT.

Apa lagi, kalau dimaksudkan dengan Dzulkarnain itu adalah Alexander Yang Agung dari Macedonia, karena catatan riwayat hidupnya tidak menunjukkan dia sebagai raja yang adil. Apalagi, sebagai seorang yang taat kepada Allah SWT, sehingga ada yang menyebut dirinya adalah “waliyullah”.

Begitu juga halnya kalau yang disebutkan dengan Dzulkarnain tersebut adalah seorang raja dari Persia yang bernama Cyrus Yang Agung, karena rekam jejak dari raja-raja penakluk selalu menunjukkan bahwa mereka adalah raja-raja yang sangat berkuasa dan sering melakukan kekejaman.

Sehingga dengan demikian kesimpulannya bahwa adanya seorang raja pendeta yang wilayah negaranya terbentang dari barat ke timur, yang memerintah dengan keadilan di atas jalan yang benar, hanyalah suatu isapan jempol. Suatu cerita hayalan yang tidak pernah ada.

Followers

 

Collection of Lesson. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com